Buat Kay...
Usah kau lara...
Di batas..
Kenangan dan kenyataan
kau berdiri meragu
Menatap nanar
Memendam perih
Ayolah..
Tentukan arah
Berdiri di tempat
Tak hasilkan apa- apa
Masih ada esok
Purnama..
Dan indahnya derai hujan.....
Yang bisa dinikmati sendirian....
Mengingatmu
Ingatanku
Tentangmu
Begitu
Kuat
Apakah
sekuat itu
ingatanmu
Padaku
Seandainya
semesta
menerjemahkan
kebisuanmu
jadi kata- kata..
Jumpa pertama
berdegup tak serempak
Ada yang berdesir
Rasa tak hendak kuusir
Saat kutatap sepasang mata
Manis berkejora
Sungging senyum malu
Tanpa kata
Rasaku bicara
Aku jatuh cinta
Di sua pertama
Kamu dan kenangan
Kamu adalah burai kenangan
Yang terjaga pada batas ingatan
Kadang terang nan benderang
Sering kali samar memudar
Tapi apa pun adanya
Tetaplah jadi kenangan
Jangan berjingkat maju
Atau beranjak pergi
Kamu adalah masa lalu
Yang tak kusesali
Tapi bukan masa depan
Yang kuangankan
Yang terjaga pada batas ingatan
Kadang terang nan benderang
Sering kali samar memudar
Tapi apa pun adanya
Tetaplah jadi kenangan
Jangan berjingkat maju
Atau beranjak pergi
Kamu adalah masa lalu
Yang tak kusesali
Tapi bukan masa depan
Yang kuangankan
Laki- laki Pendoa
Malam meluruh
Pada gulita yang meriuh
Engkau bersimpuh
Pada rubuh penuh seluruh
Sujudmu penuh
Doamu gemuruh
Dan ruhmu berlabuh
Pada Dia Sang Maha Utuh...
Kamu itu puisi
Pernahkah kukatakan padamu
Kamu menjelma puisi
Pada tiap gerikmu
Sapamu puisi
Angin menyapa kabut
Pandangmu puisi
Tajam menoreh rindu
Tulisanmu puisi
Kata sarat makna berhamburan
Doamu puisi
Simpuh demi simpuh yang tiada henti
Kamu dan puisi
Laksana jemari
Saling bertautan
Tak elok dipisahkan
Kamu menjelma puisi
Pada tiap gerikmu
Sapamu puisi
Pandangmu puisi
Tajam menoreh rindu
Tulisanmu puisi
Kata sarat makna berhamburan
Doamu puisi
Simpuh demi simpuh yang tiada henti
Kamu dan puisi
Laksana jemari
Saling bertautan
Tak elok dipisahkan
Terpesona
Pada pijar jingga
Di ujungnya senja
Ada bias merona
pada sungging senyumnya
Ini bukan yang pertama
Dan tak berharap jadi paripurna
Tapi kumerasa
Alangkah mudahnya ku terpesona
Pada senja
Pada senyumnya
juga kehadirannya...
Aku jatuh cinta
Dan semesta mengamininya
Bulan sabit bersampan..
Bulan sabit
Menghiasi langit
Membayangkan..
Laksana sampan
Mengarungi lautan awan...
Tentang Kita
Yang bercakap dalam diam
Berkirim puisi lewat pikiran
Dan bertukar kabar melalui kenangan
CINTA ITU....
Cinta itu..
Mendoakannya diam- diam
Dalam sujud- sujud panjang
Di ujungnya malam
Memohon sangat
Agar Allah berkenan
Menjaganya di jalan kebaikan
Dan menjauhkannya
Dari apa pun yang bernama ketidak- baikkan
Pada malam
Pada malam
Kurebahkan penat
Kukunyah kesal
Kuhempas keluh
Kuharap semuanya jadi purba
Dan pudar ditelan masa
Kamu..masa lalu
Sepenggal malam masih tersisa
Saat kutemukan sisa rindu di ujung jemari
Tapi, tak usahlah berbangga diri
Aku hanya tinggal menjentikkan jemari
Dan bulir rindu khan terbang tinggi
Ternyata tak sulit untuk menjauh darimu
Ku hanya perlu tambahkan takaran niat
Serta dosis keberanian
Dan ahay..
Kamu hanya masa lalu
Romansa Cinta
Cinta itu
Tegur sapa di ujung senja
Berbagi tawa dan tangis bahagia
Doa yang tak bernama
Peluk sayang bunda pada bayi mungilnya
Tatap nanar perempuan tua kehilangan belahan jiwa
Sesungging senyum penguat semangat
Memahami tanpa syarat...
Kunang- kunang..
Sepasang kunang- kunang di gulita malam
Pendar cahayanya hangatkan hati
Cinta boleh saja temaram
Tapi rindu tak pernah mati
Cukupkan...
Cinta..
Hanya sepenggal jarak dari benci
Perjumpaan
Tak berjauhan dari perpisahan
Kehilangan..
Bisa jadi awal dari menemukan
Jangan terlalu gembira
Usah berduka lama- lama
Cukupkan
Jangan berlebihan
Pada kata- kata
Pada kata- kata
Semua bermula
Menjelma puisi
Merona cerita
Pada kata- kata
Kita bertemu
Merangkai romansa
Bertukar cerita
Pada kata- kata
Ada rona tercipta
Ada rasa menggelora
Padamu
Pada kata- kata
Aku
Dan kamu
Jadi satu
Kata Siapa?
Kata siapa cinta khan luruh ditelan masa...
Yang ada adalah dia abadi dihati pencintanya....
Kata siapa rindu adalah masalah waktu...
Yang ada adalah keinginan untuk menjadikannya tak kenal waktu...
Kata siapa..Sayang bisa pada siapa saja...
Yang ada adalah keinginan kuat tuk mencari tuannya
Kata siapa aku masih memikirkannya...
Yang ada adalah keinginan untuk menyimpan namanya dalam2 di ujung harap...
Kata siapa........
SENJA SEPENUH CINTA
Tak pernah habis kata2 ku tuk melukiskan keindahan senja..Goresan
pena Rabbana pada semesta ..Senja adalah cinta..pada tiap
detiknya...saat Allah mematikan lentera mentari dan menggantikannya dgn
rona rembulan dan gemintang.
Tak ada warna langit seindah senja..Saat Allah begitu bermurah hati
menaburkan warna jingga di cakrawala..Dan pendar2 kehangatan itu
menenangkan..sekaligus menyemangati..
Tak ada pesona warna alam setara senja..dari terang menjadi gulita..dari terik menjadi teduh...dari terbit..perlahan tenggelam.
Tak ada saat yg dinanti sepenting senja..ketika sebagian besar
mahluk melabuhkan penatnya..pada sarang sarang hangat,rumah2 penuh
kasih...saat semesta bersepakat memberi jeda pada kuasa mentari..
Senja..adalah cinta...cintamu,cinta kita..cinta semesta..
Buat BAW..yang mengajariku arti bahagia
Biasanya,kita mengindentikkan kebahagiaan selalu berkorelasi
pada"aku"Kita bahagia jika....kita sehat,kita sukses,kita beruntung
dll.Tapi hari ini,saya menemukan sebuah pemahaman baru ttg
kebahagiaan,yakni saya bahagia jika org lain bahagia..
Di sebuah grup yang saya ikuti,setiap saatnya adalah berbagi
kebahagiaan.Karya2 yg diterbitkan,tulisan tulisan yang menang
lomba,berbagi kritik dan saran..juga kesiapan untuk menjadi bahu tempat
bersandar dan menangis. Siapapun kita,dimanapun level kita,selalu bisa
menyebarkan kebaikan dan kebahagiaan..dan kuncinya adalah"CINTA"Karena
bukankah membuat org lain bahagia adalah perwujudannya.Saya bahagia buat
kesuksesan anggota2 lain...tanpa iri,tanpa dengki..tanpa
syahwasangka..dan itu indah sekali,.Percayalah..
(buat BAW,terima kasih tlah membuat Januari jadi istimewa)
Malam Dan Kenangan
Malam luruh dalam labirin kenangan
saat kau bisikkan
engkau milikku penuh
cintamu buatku utuh
saat itu
bagiku bisikmu adalah aroma surga
harum wangi melati
sarat janji tak terperi
dan kemudian
pada malam- malam yang lain
setelah malam itu usai
kusadari semuanya semu
kata- kata manismu
adalah obat yang tidak tepat
pada penyakit yang salah diagnosa
sama sekali tidak menyembuhkan
untuk tidak mengatakannya menyakitkan
kusadari kini
kata- katamu
rindumu
bahkan bayangmu
adalah tetap kenangan
tak bisa jadi hari ini
apalagi buat masa depan
biarlah
kamu tetap indah
dalam kenangan
kamu tetap cinta
tertinggal pada kenangan
kamu tetap bayangan
yang memudar...
demi kenangan
Meminjam ruhmu
Kamu..
Yang jatuh cinta pada puisiku
Bolehkah kupinjam ruhmu?
Berlembar kertasku..
Berakhir di tempat sampah
Ideku menguap
Hilang arah
Tak terjamah
Bersediakah?
JANJI SEMATI
Berharap aku menganyam jalanya
Agar saat dia bekerja
Ada lelahku bersamanya
Seorang laki- laki laut
Mohon agar aku pilih warna perahunya
Agar di mana pun dia berada
Kehangatan pilihan itu pacu semangatnya
Laki- laki laut itu bertanya..
Bersediakah ??
Dan heningpun jadi panjang
Namanya Juni, laki- laki berusia 30 tahunan.Tubuhnya sedang, liat dan kokoh. Kulitnya coklat gelap, terpanggang mentari garang. Rambutnya ikal, dengan beberapa bagian kusam memerah. Matanya hitam menikam dengan dagu belah dan hidung meruncing.Tampan secara keseluruhan. Dia cocok mewakili anekdot " Tuhan pasti sedang senang hati saat menciptakannya.Aku menjumpainya pertama kali di Sage, di sebuah pantai landai berpasir putih.di ujung Lombok. Perahunya yang berwarna terang penuh dengan tumpukan ikan segar sebesar kepalan tangan dan jala yang robek di sana sini.Di sampingnya berdiri seorang perempuan mungil berkerudung yang murah senyum dan berkulit terang dan bertahi lalat di ujung dagu, Ide namanya. Seorang perempuan yang kemudian kutahu adalah istri yang dinikahinya 3 tahun yang lalu dan sekarang sedang mengandung tua, buah cinta mereka.
Sekilas lihat, aku melihat hubungan di antara mereka sungguh istimewa.Tatap dan pendar bahagia selalu terpancar dari mereka berdua.Sekali- kali, ujung tangan Juni membelai lembut puncak kepaka Ide, atau pun mengusap pelan perut buncitnya.Sementara pada saat yang lain, aku juga memergoki Ide memandang dengan tatapan memuja pada suaminya.' Kami adalah separuh dari masing- masing" kata Juni" Allah menciptakan kami berbarengan untuk disatukan dan tidak dipisahkan, oleh maut sekalipun".Ide tersenyum manis, menandakan dia mengamini kata- kata suaminya.Aku pun ikut tersenyum dan merasakan energi positif yang terpancar dari kemesraan mereka. Oh ya, aku lupa memperkenalkan diri, namaku Kay, seorang penulis yang sedang " jatuh cinta" pada keindahan Lombok, dan berniat menjadikan daerah ini latar belakang novel terbaruku.
Di kesempatan lain, aku mengunjungi kediaman sederhana mereka, sebuah rumah bata tanpa polesan yang di halamannya rimbun oleh rumpun bugenvil aneka warna. Saat itu Juni sedang melaut dan aku mengobrol dengan Ide, sebuah percakapan antar perempuan yang menyadarkanku betapa rumah ini penuh cinta. Ditemani segelas teh hangat dan beberapa potong singkong rebus, Ide yang siang itu tampak manis dengan baju terusan bunga- bunga berwarna biru muda dan kerudung senada, mulai bercerita tentang kedekatan antara dia dan suaminya. " Juni selalu melibatkan saya dalam hampir semua kegiatannya mbak,bahkan untuk hal- hal yang seharusnya bisa dia kerjakan sendiri" katanya tanpa nada mengeluh sedikit pun. " Dan ternyata saya menyukainya sangat. Kerena disamping bisa menekan pengeluaran,saya merasa kehadiran saya selalu membersamainya setiap waktu".Ide lalu memberikan contoh tentang pernyataannya itu. Seringkali suaminya memintanya untuk membantu menisik jalanya, bukan karena dia tidak mampu melakukannya, tapi semata- mata karena dia merasa, lewat jala yang tiap saat digunakannya, dia merasakan kehadiran istrinya. Di kesempatan lain, dia meminta Ide untuk memilih warna perahunya sesuai warna kesayangannya, agar dia merasa wujud pengabdian istrinya menemani perjalanannya mencari nafkah.Sungguh suatu cara yang unik untuk menunjukkan kasih sayang satu sama lain bukan?.
Setelah obrolan seru kami tersebut, kami maasih sering berhubungan lewat telepon. Saling menanyakan kabar atau Ide bercerita tentang masa kelahiran bayinya yang kian dekat dan rasa pegal yang makin sering datang. Tapi ada suatu masa di mana aku kehilangan kontak, karena harus melakukan riset untuk calon novelku yang lain, di suatu daerah miskin signal di tengah rimba Kalimantan. Deadline yang mepet dan kesibukan yang lumayan ribet, sejenak membuatku melupakan keluarga muda sahabatku tersbut.
Sekembalinya di Jakarta, aku mengecek ponselku dan mendapati beberapa miscall dari nomor yang tidak kukenal, tapi berkode area yang sama dengan nomor ponsel Ide.Aku cek tanggalnya, dan itu hari yang sama saat aku mulai menjelajah Kalimantan, seminggu yang lalu. Merasa ada yang tidak beres dengan panggilan tersebut, aku segera menelepon balik. Telepon diangkat dan ada suara seorang laki- laki di ujung sana. Namanya Fatah, sepupu Ide dari pihak ibu.Tanpa banyak basa- basi, Fatah mengabarkan sebuah berita yang amat sangat buruk. Aku kehilangan Ide, Juni dan anak mereka sekaligus seminggu yang lalu.Tanpa pikir panjang, sambil menahan rasa sesak dan kehilangan, aku segera pergi ke bandara dan mencari pesawat pertama yang akan membawaku kembali ke Lombok, yang sayangnya bukan sebuah kunjungan kegembiraan.
Dan di sinilah sekarang aku berada, di sebuah pemakaman kecil, di antara pusara Ide, suami dan anaknya.Aku tak dapat menahan isakku...Aku merasa sangat kehilangan saat itu. Aku juga menyesal, karena tidak mendengar kabar itu lebih cepat. Taburan melati di gundukan tanah itu sudah mulai mengering, tapi aku merasa mencium aroma wangi melati segar di situ.Kutaruh beberapa batang bunga Sedap malam yang sempat kubeli dalam perjalanan dari bandara, sambil terus mengusap bulir air mata yang tak berhenti menetes.Aku kangen mereka.
Setelah melihatku agak tenang, Fatah yang menemaniku, mencoba menceritakan kronologis peristiwa yang menyebabkan kepergian keluarga muda itu.Tepat sepuluh hari yang lalu, Juni dan Ide terlibat dalam sebuah pertengkaran kecil, karena Juni hendak melaut di saat Ide sedang menanti saat- saat kelahiran putra mereka
" Kakak, tak usahlah melaut. Bisa jadi besok bayi kita akan lahir, dan kakak berjanji akan menungguiku dan mendampingiku menyambut bayi kita" kata Ide setengah merajuk.
" Tapi tangkapan sedang banyak- banyak dik" kata Juni bersemangat" Lumayan buat menambah uang buat biaya persalinan esok. Aku janji akan pulang besok dan menemanimu mengucapkan selamat datang buat bayi kita"
Dan Ide tahu, Juni bukan orang yang mudah dibujuk. Akhirnya dia mengikhlaskan suaminya pergi. Sebelum berangkat melaut, Juni mengelus lembut perut istrinya yang membuncit dan mengecup keningnya mesra. Ide melepaskan kepergian suaminya dengan rangkuman doa dan mata berkaca- kaca.
Keesokan harinya, saat mulas semakin kerap datang dengan interval yang semakin pendek, Juni belum juga datang. Ide mondar - mandir sambil mengerenyit menahan sakit. Sampai kemudian sebuah berita yang tak ingin didengar datang. Teman- teman nelayannya pulang tanpa Juni, yang menurut mereka hilang ditelan gelombang besar. Teman- temannya sudah berusaha keras mencari, tapi tak ada jejak yang tertinggal....Berita buruk itu begitu memukul perasaan Ide. Tiba- tiba ada rembesan darah di kakinya. Keluarganya segera membawanya ke rumah sakit terdekat saat itu juga. Dan ternyata Allah lebih menyayanginya. Akibat shock yang dideritanya, Ide mengalami pendarahan hebat, sehingga harus dilaksanakan operasi untuk kehamilannya.Operasi itu tak berjalan lancar dan Ide pergi bersama bayi yang dilahirkannya, seorang putri cantik yang rencananya diberi nama Kayana, seperti namaku.
Di hari berikutnya, saat keluarga sedang menytiapkan penguburannya, sebuah kabar tentang ditemukannya sesosok mayat di tepi pantai datang. Sosok yang kemudian dikenal sebagai Juni.Dan akhirnya pemakaman mereka bertiga dilaksanakan secara bersamaan.Menetes air mataku mendengar penuturan Fatah. Masih terbayang senda gurau mereka, keakraban yang manis dan apa adanya, juga cinta yang tak pernah mereka sembunyikan.Dan ternyata, Allah mengijinkan mereka untuk meninggal di saat yang hampir bersamaan, walau dengan sebab yang berbeda, sesuai dengan kata- kata Juni tempo hari. Bagi mereka, janji hidup terasa tak cukup. Dan janji mati yang mereka ikrarkan, Allah kabulkan. Lombok tanpa keluarga mereka tak pernah sama lagi...aku berjalan, menyusur sepi......
Laki- laki Laut 2
Laki- laki laut
Langkahnya pantang surut
Mencanda kabut
Ment
ntang maut
Laki- laki laut
Memacu jukut
Mengarungi takut
Menghadang carut
Laki- laki laut
Kabut
Takut
Maut
Sepotong Rindu
Sepotong rindu
Tertinggal di tebing waktu
Aku termangu
Tatapmu malu
Sepotong rindu
Menatap sayu
Aku terpaku
Senyummu biru
Sepotong rindu
Berkisah merdu
Engkau tersipu
Lidahku kelu
a
Tak Ingin Kau Pergi
Kamu telah pergi
Dan kau masih sibuk
Menyusun beribu alasan
Agar kau tetap tinggal
Betapa cinta
Seringkali menghilangkan akal sehat
Menyuka Senja
Kusuka senja
Karena ia jingga
Kusuka senja
Karena semesta luruh dalam gelimang cahaya
Kusuka senja
Karena seusainya
Ada malam bertabur rona mempesona
Kusuka senja
Karena dia dan kamu adalah soneta
Hitungan Hati
Kita menghitung bintang
Dari 2 tempat yang berbeda
Dan ternyata
Jumlah hitungan kita sama
Kau tanya, kenapa bisa?
Aku jawab..
Karena hati kita yang menghitungnya
Dan tak pernah ada yang salah
Dengan hitungan hati bukan?
Rindumu Satu
Saat kutanya
Ada berapa rindumu
Cuma satu, jawabmu
Dia ada dari subuh ke subuh
Dari senja ke senja
Dari purnama ke purnama berikutnya
Dan tiba- tiba
Aku mati rasa
Kehabisan kata- kata
Tanpa Judul
Aku
Kamu
Dan kenangan
Sepanjang perjalanan waktu
Buram
Samar
Nyaris purna
Tanpa rupa
Pada Jarak
Pada jarak...
Terikat bulir- bulir rindu
Pada jarak...
Ada banyak waktu tuk pikirkanmu
Pada jarak..
Ridu dan kamu bertemu
Pada Jarak
Pada jarak
Terikat bulir- bulir rindu
Pada jarak
Kupunya waktu tuk memikirkanmu
Pada jarak
Aku dan kamu bertemu
Pada jarak
Kita berharap satu
Di Beranda Kita
Di beranda kita
Kunikmati sepotong senja
Pada hangatnya binar matamu
Di beranda kita
Kubagi rahasia denganmu
Tentang mimpi dan indahnya bianglala
Di beranda kita
Kusunting rindu yang kau punya
Kujadikan hiasan di sudut jiwa
Di beranda kita
Kuhanya bisa berandai andai
Menantimu yang masih maya
Kemasan Kasihku
Kasihku
Kukemas dalam banyak potongan
Kuberi engkau satu persatu
Agar kau merasa cukup
Tak berlebihan
Juga kekurangan
Karena kecukupan
Adalah sebaik- baik takaran
Ya Rabbana
Ya Rabbana
Kau ruahkan berjuta nikmat
Tanpa pernah khianat
Sementara kami masih berkutat
Dengan dosa yang sarat
Ya Rabbana
Kau janjikan lautan ampunan
Tak berkesudahan
Semetara kami masih ringan
Berbuat kedzoliman
Ya Rabbana
Kau tawarkan jalan terang
Tanpa pialang
Sementara kami masih girang
Berlaku curang
Ya Rabbana
Ijinkan kami menujuMu
Walau langkah masih semu
Dan rasa kadang jemu
Karena hanyaMu
Segala baik dan benar tertuju
Mengeja Cinta
Mengeja cinta itu..
Sungguh sederhana
Menyayanginya
Mendoakannya
Dan membuatnya bahagia
Itu saja...
Tentang Rindu
Rindu itu
Bisa jadi kenangan
Atau jadi harapan
Tapi buatku
Rindu itu kamu
Tak berbatas waktu
Selamanya
KUNANG KUNANG DAN KAMU
Menari di matangnya malam.
Cahayanya berpendar temaram.
Gelap jadi sedikit terang.
Andai kau ada,
...
MEMBINCANG HUJAN
Malam,dalam rinai gerimis.
Rindupun berhamburan dalam ruang hati.
Seandainya kau ada disini,
Akan kusajikan secangkir kopi terenak.
Yang kuhidangkan sepenuh sayang.
...
KUNANG KUNANG
TANPAMU
MERINDUKAN INDONESIA
Sekuntum pagi
Aroma laut samar tercium
lewat hadirmu..
dan gigil itu..
perlahan menghangat...
SEORANG LAKI- LAKI LAUT
Seorang laki - laki laut
Memintaku jadi apinya
Untuk mematangkan hasil tangkapannya
Dan menjadikannya masakan ternikmat
Seorang laki- laki laut
Berharap aku menganyam jalanya
Agar saat dia bekerja
Ada lelahku bersamanya
Mohon agar aku pilih warna perahunya
Agar di mana pun dia berada
Kehangatan pilihan itu pacu semangatnya
Laki- laki laut itu bertanya...
Bersediakah??
Dan sontak, dunia berhenti bagiku
Rinduku buatmu tlah kulipat rapi
Tak hendak kubuka lagi
Biar tetap jadi memori
tidak untuk hari ini
Dan hari- hari nanti..
Aku butuh api
Bersediakah jadi api buatku??
kata gigil pada cerlang rona kunang kunang..
Dan kunang- kunang pun tersipu malu....